YOSUA ES Blog

Mimpi Yang Menjadi Kenyataan

Image result for Psikopat


Hi Faces !

Kali Ini BF akan menceritakan sebuah kisah psikopat kepada kalian :D Kisah Ini Berjudul :

Mimpi Yang Menjadi Kenyataan "

Simak Yah


Hai... Nama ku Aldy ( Nama Samaran ) aku akan menceritakan kisah psikopat ku :D tentu saja ini adalah kisah yang fiktif :D

Yang Paling aku takuti di dunia ini adalah Museum Oakstand yang ada di kota tempat aku berada.
Menurut Kisah Urband Legend.. Di sana ada sebuah pisau klasik yang di pajang di lemari kaca..Konon , Pisau itu telah memakan lebih dari puluhan jiwa korban..yang dibunuh secara keji oleh Sir. Natan . Asgard

Suatu Hari.. Ibuku membawa ku jalan jalan.. ibu bilang tempat itu banyak pengunjungnya dan pasti seru sekali.. Karena Penasaran akan tempat itu.. Aku menanyakannya kepada Ibu.. dan Ibu Menjawab : " Tempat itu Bernama Museum Oakstand " .. Lalu entah kenapa aku teringat akan kisah urban legend itu.. dan bulu kuduk ku bangkit berdiri ..Tapi Sebagai Anak Yang Baik.. aku tidak akan membantah perkataan ibu.

" Aldy cepatlah turun .. Ayah sudah menunggu kita " seru ibu dari lantai bawah.

Aku segera bergegas, meraih kemeja biru kotak-kotak dari gantungan di lemari dan membiarkan rambut Hitamku Bergaya klasik. Ketika aku turun, ayah membunyikan klakson dan kami segera bergegas.

Lulu sangat ceria di dalam mobil, tapi tidak dengan aku. Bayangan pisau belati yang berdiri di lemari kaca membuatku kembali Takut. Kebanyakan aku melihat keluar, tapi jika kau tanya apa yang sedang kulihat, mungkin jawaban satu-satunya yang bisa kuberikan adalah aku tidak tahu.


Dalam beberapa menit saja kami sudah sampai di tempat tersebut. Museum itu cukup besar, dengan bangunan mirip bangunan-bangunan romawi. Temboknya berwarna abu-abu dengan pilar-pilar kokoh di depannya. Ada tangga lebar yang menuju tempat tersebut.

Museum cukup ramai hari ini, tapi mungkin juga karena memang ini hari libur. Ibu mengajakku melihat-lihat lukisan, sedangkan Ayah dan Lilly menghilang entah kemana.

"Bagaimana menurutmu lukisan ini, Jane?" tanya Ibu.

Aku memperhatikan lukisan sebuah vila di seberang danau yang dilukis menggunakan cat minyak tersebut. "Indah," gumamku. "Dilukis dengan sangat detail dan tanpa cela."

Ibu melirik sekilas dan tampaknya puas dengan komentarku. Kemudian dia mengajakku melihat-lihat lukisan yang lainnya. Tepat saat kami berjalan, aku melihatnya, dan seakan benda itu menghipnotisku. Di depanku, di sebuah lemari kaca kecil yang menempel di dinding, berdiri sebuah pisau belati tanpa sarung. Pisau itu memiliki gagang berwarna hitam, dengan mata pisau yang tajam dan bersih. Entah kenapa aku tak bisa berhenti memandanginya, seolah-olah pikiranku bersama pisau tersebut. 


Ada suara dalam hatiku yang berkata, "Bunuh mereka, bunuh mereka, bunuh mereka..." Dan sebuah keinginan paling keji yang tak pernah terpikirkan olehku sekan tumbuh di dalam benakku: keinginan untuk membunuh. Ruangan itu tiba-tiba terasa sunyi, seperti hanya aku dan pisau tersebut yang ada di dalamnya. Kebisingan memudar menjadi kehampaan tak berujung, dimana kesunyian mencekik jiwa-jiwa yang hilang.

" Aldy "

Sentak Ibu yang membuat aku sadar kembali .. Lalu Suara Manusia yang ada di ruangan itu pun bergeming kembali.
Dengan agak tergopoh-gopoh dan linglung, aku menghampiri Ibu.

"Sedang apa kau, Sayang. Ibu memanggilmu berulang kali tapi kau tak bergeming," ujar Ibu lembut.
Aku mengerang. "Hanya sedang melamun."

Malamnya aku benar-benar dihantui mimpi buruk. Dalam mimpi tersebut, aku menyelinap ke museum Oakstand dan mencuri pisau belati tersebut. Aku membunuh satpam yang sedang bertugas dan menggorok leher mereka dengan benda kecil tersebut. Alhasil, aku terbangun di tengah malam dengan keringat bercucuran.

Paginya, stasiun TV lokal memberitakan bahwa ada pencurian di museum Oakstand dan menewaskan 2 orang satpam yang sedang berjaga malam. Anehnya, satu-satunya benda yang dicuri hanyalah pisau milik Sir Nathan Asgard. Aku Tergaget ketika mendengar bahwa benda itu satu-satunya benda yang dicuri.

"Bukankah itu benda yang kau lihat kemarin, Sayang?" celetuk Ibu.

Aku mengangguk. "Ya."

Aku sama sekali tak bisa fokus di sekolah. Bayangan benda kecil itu menghantuiku sepanjang hari. Kekhawatiran tanpa alasan mendekam di hatiku dan membuat moodku turun.

Malam berikutnya, mimpiku lebih parah. Pisau itu kini ada di tanganku. Mataku tampak kelaparan dengan darah dan penderitaan. Aku melihat wajahku di cermin, dan pisau ada di tangan kananku. Itu memang wajahku, tapi wajah yang terpantul di cermin itu tampak tidak ramah dan jahat. Kemudian, di dalam mimpi itu aku melihat diriku turun ke lantai bawah. TV masih menyala, sedangkan Ayah sedang tidur di sofa. Ruangan sepenuhnya gelap. Cahaya satu-satunya berasal dari layar TV yang masih menyala. Dengan kegembiraan yang tidak normal, aku menghujamkan pisau itu ke leher ayahku. Ayah sontak terbangun dan menatapku dengan ngeri. lehernya robek dan itu membuat napasnya tersengal-sengal.

"A-Aldy! A-apa y-yang kau l-lakukan?" tanyanya, suaranya pilu.

"Tenang, Ayah," desahku. Aku memutar pisau itu perlahan, dan darah segar muncrat dari leher Ayah. "Kau akan baik-baik saja." Aku berjanji. Aku mencabut pisau itu dari lehernya dan menusuk perutnya berulang kali hingga akhirnya ia tewas.

Dengan darah masih menetes-netes dari mata pisau, aku mendatangi kamar Ibu dan Lulu. Mereka berdua sedang tertidur lelap, sepertinya tidak menyadari bahaya yang sedang mengintai mereka. Aku membunuh Ibu terlebih dahulu. Aku merobek mulutnya dan menikam matanya. Terakhir aku menggorok lehernya. Dan untuk Lulu yang terbangun, aku menusuknya tepat di jantungnya.

Aku bangun keesokan paginya dengan perasaan yang kacau balau. Kamarku tampak berantakan, bau amis menyeruak di udara dengan kaos dan tangan penuh darah kering yang membuatku tersentak kaget. Aku langsung bangun dan mendapati pisau itu ada di sampingku. Dengan pikiran agak linglung aku turun ke bawah dan mendapati Ayah masih tertidur pulas. Ada lubang di lehernya dan di sekujur tubuhnya. Ketika aku mengecek kamar Ibu, dia dan Lulu adikku juga masih tertidur pulas. Ada sayatan di leher Ibu. Mulutnya robek dan mata kirinya nya berlubang. Sedangkan Lulu, dia yang terlihat tidur paling damai. Namun ada bekas tusukan di dadanya.

Melihat itu semua aku kembali ke kamarku dan melanjutkan tidurku. Sebelumnya aku mengelap noda darah dari pisau kemudian meletakkannya di laci meja belajarku, kemudian tidur.

Nah Teman Teman.. Hanya Itu saja yang bisa Aldy Sampaikan Tentang Kisah Psikopat Aldy..

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wah Gimana Faces ! mengerikan Bukan :? nah itu adalah kisah yang BF karang sendiri loh :D

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar dan likenya yah :D biar BF bisa kembali semangat Mengarang Kisah kisah Psikopat lainnya :D

Terimakasih .. 

Tag : Kisah, Psikopat
0 Komentar untuk "Mimpi Yang Menjadi Kenyataan"

Back To Top

Adblock Terdeteksi

Menyukai Blog Ini ? Biar Kan Blog Ini Tetap Bekerja dengan meng- Whitelistkan Blog ini di Adblocker anda

Ini Adalah cara untuk meng-white listkan Blog Ini di Ad-Blocker anda

Terimakasih

×